Fenomena unik ini tak sekadar tren hiburan. Media sosial TikTok, Instagram, hingga X (Twitter) penuh dengan video dan foto yang menampilkan bendera One Piece berkibar berdampingan dengan bendera merah putih. Bahkan, di beberapa daerah ada yang mengibarkannya di tempat umum menjelang upacara 17 Agustus.
Menurut pengamat kebijakan publik Riko Noviantoro, pengibaran bendera ini adalah bentuk ekspresi simbolik.
“Jolly Roger dalam konteks anime One Piece adalah lambang kebebasan, perlawanan terhadap ketidakadilan, dan keberanian melawan sistem. Generasi muda menggunakan simbol ini untuk menyuarakan keresahan mereka,” jelasnya.
Simbol bajak laut dalam One Piece dianggap mewakili keberanian menghadapi tantangan, loyalitas pada teman, dan semangat petualangan nilai yang resonan dengan generasi muda saat ini.
Perbedaan Abolisi, Amnesti, dan Grasi yang Wajib Kamu Tahu, Lagi Jadi Sorotan!
Fenomena ini memicu pro dan kontra:
Sebagian netizen menganggap aksi ini kreatif dan sebagai cara baru merayakan kemerdekaan dengan sentuhan pop culture.
Sebagian lainnya menilai tidak pantas karena berpotensi mengurangi penghormatan terhadap simbol negara.
Anggota DPR dari PDIP, Deddy Yevri Sitorus, menilai fenomena ini sebagai ekspresi bebas:
“Tidak perlu dibesar-besarkan. Ini simbol kritik, bukan kriminal.”
Namun, Firman Soebagyo dari Fraksi Golkar menilainya provokatif:
“Ini tindakan yang harus diwaspadai. Jangan sampai menggantikan simbol negara.”
Hasil FC Seoul vs Barcelona 7-3: Lamine Yamal Cetak Brace Spektakuler di Debut Nomor 10!
Video-video pengibaran bendera bajak laut ini banyak mendapat jutaan views di TikTok dan Instagram Reels.
Fenomena bendera One Piece menjadi cerminan cara generasi muda menggabungkan budaya populer dengan kritik sosial. Meski unik, para pengamat mengingatkan pentingnya menghormati Merah Putih sebagai simbol persatuan.
Seperti pesan almarhum Gus Dur yang kembali viral:
“Kibarkan bendera apapun yang kalian suka, tapi jangan pernah lebih tinggi dari Merah Putih.”
Fenomena pengibaran bendera One Piece jelang HUT RI ke‑80 menjadi cermin nyata perubahan cara generasi muda mengekspresikan pandangan sosial-politik di era digital. Lewat simbol pop culture yang mereka kagumi, kritik disampaikan dengan cara kreatif namun tetap menantang batas nilai nasionalisme. Kini, tantangan terbesar bukan sekadar menertibkan aksi tersebut, melainkan bagaimana negara dan masyarakat mampu merespons aspirasi ini secara bijak tanpa mengikis penghormatan pada Merah Putih sebagai simbol pemersatu bangsa.****