Pada 16 Juli 2025 sekitar pukul 03.00, Zara ditemukan tak sadarkan diri di saluran pembuangan dekat asrama sekolahnya di Kota Kinabalu, Sabah. Dugaan awal menyebut ia jatuh dari lantai tiga gedung sekolah. Petugas segera membawa Zara ke Rumah Sakit Queen Elizabeth I untuk mendapat perawatan intensif.
Sayangnya, 17 Juli 2025, Zara mengembuskan napas terakhir. Jenazah dimakamkan di Kampung Kalamauh Mesapol, Sipitang, tanpa autopsi awal karena keputusan keluarga.
Demo Pati 13 Agustus 2025 Membludak! Ratusan Ribu Warga Desak Bupati Sudewo Mundur
Beberapa hari kemudian, ibunda Zara, Noraidah Lamat, mengaku menemukan memar di punggung putrinya saat memandikan jenazah. Ia menduga ada kejanggalan dalam kematian sang anak.
Pada 30 Juli 2025, Noraidah melapor ke polisi dan meminta makam dibongkar. Setelah melalui proses hukum, 8 Agustus 2025, Jaksa Agung memerintahkan penggalian makam untuk dilakukan autopsi forensik.
Hasil Autopsi: Cedera Otak BeratHasil autopsi yang diumumkan pada 14 Agustus 2025 mengungkap Zara meninggal akibat cedera otak traumatis berat yang memicu ensefalopati hipoksia-iskemik, yakni kondisi ketika otak kekurangan oksigen dan aliran darah. Temuan ini sesuai dengan efek jatuh dari ketinggian.
Namun, pihak kepolisian mengakui adanya pelanggaran SOP karena autopsi awal tidak dilakukan, sehingga menimbulkan pertanyaan publik tentang transparansi penyelidikan.
Ketua BPI Dukung Pembatalan Film Animasi Merah Putih: One for All Usai Panen Kritik, Demi Jaga Kualitas Perfilman Nasional
Seiring penyelidikan berjalan, muncul dugaan bahwa Zara menjadi korban perundungan oleh sesama siswa, bahkan ada isu keterlibatan “VVIP kids”. Meski belum ada konfirmasi resmi, kabar ini memicu kemarahan publik.
Polisi masih mengumpulkan bukti tambahan, termasuk rekaman CCTV dan kesaksian saksi. Kementerian Pendidikan Malaysia berjanji memperketat penanganan kasus bullying di sekolah, sementara organisasi perlindungan anak menyerukan reformasi sistem keamanan siswa.****