Lingkaran.id - Ritel besar seperti Matahari harus menutup dua gerainya di Tangerang, kalangan pelaku ritel menilai kondisi curamnya department store atau ritel besar sudah terjadi sejak lama. Penutupan gerai Matahari menjadi gelombang dari penutupan beberapa department store lainnya.
"Penutupan usaha kategori Department Store sudah mulai terjadi sejak cukup lama, bahkan beberapa diantaranya adalah penutupan secara permanen antara lain seperti Lotus Department Store, Centro Department Store, Golden Truly Department Store," ungkap Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja kepada CNBC Indonesia, Rabu (3/7/2024).
OPEN REGISTER! Rangkaian Acara Generasi Digital Intelektual (GDI) 2024 Siap Dimulai, Daftar Segera!Penyebab utamanya adalah diakibatkan oleh terjadinya tren gaya berbelanja masyarakat terutama di kota - kota besar. Masyarakat di kota - kota besar sangat dipengaruhi oleh tren gaya hidup yang semakin menuntut bahwa berbelanja bukan hanya sekedar berbelanja lagi tapi harus disertai dengan pengalaman.
"Jika peritel ataupun toko tidak mampu memberikan customer experience atau customer journey ataupun pengalaman berbelanja yang unik dan berkesan kepada pelanggan maka tidak ada bedanya dengan e-commerce atau online shopping," kata Alphonzus.
"Peritel ataupun toko yang tidak mampu merespons perubahan tren gaya berbelanja masyarakat terutama di kota - kota besar maka akan bersaing dan berhadapan secara langsung dengan e - commerce atau online shopping yang mana secara perlahan namun pasti akan semakin ditinggalkan oleh pelanggannya," lanjutnya.
Ribuan Demonstran Serbu Istana PM Bangladesh, Tuntut Segera Mengundurkan DiriKondisi usaha Pusat Perbelanjaan saat ini sudah mulai meningkat kembali sejak menderita cukup berat selama masa pandemi COVID - 19. Semua indikator telah menunjukkan hal yang positif antara lain seperti rata-rata tingkat kunjungan ke Pusat Perbelanjaan sudah lebih dari 100% dibandingkan dengan sebelum pandemi COVID - 19.Kemudian rata - rata tingkat okupansi telah mencapai lebih dari 80% dibandingkan pada saat pandemi COVID - 19 yang hanya berkisar 70% saja.
Tidak ketinggalan rata-rata durasi kunjungan ke Pusat Perbelanjaan juga sudah berkisar 2 - 3 jam yang mana sebelumnya selama pandemi COVID - 19 kurang dari satu jam.
"Pelemahan daya beli yang terjadi saat ini lebih dirasakan di kalangan masyarakat kelas menengah bawah, oleh karenanya diharapkan pemerintah menghindari dalam membuat kebijakan yang berpotensi semakin memperburuk daya beli masyarakat kelas menengah bawah seperti Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), kenaikan PPN dari 11% menjadi 12% dan kebijakan lainnya yang berpotensi semakin melemahkan daya beli masyarakat terutama kelas menengah bawah," kata Alphonzus.