Songket Palembang dipercaya telah ada sejak masa Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 hingga ke-13). Pada masa itu, Palembang menjadi pusat perdagangan dan budaya di Asia Tenggara. Pengaruh dari India, Tiongkok, dan Arab membawa teknik tenun dan bahan-bahan seperti benang emas yang kemudian diadopsi oleh masyarakat lokal untuk menciptakan kain songket.
Kata “songket” berasal dari bahasa Melayu, yaitu “sungkit,” yang berarti menyulam atau mencungkil benang untuk menghasilkan motif tertentu. Teknik ini membutuhkan keahlian tinggi, sehingga kain songket kerap dianggap sebagai simbol kemewahan dan status sosial.
Proses Pembuatan yang RumitKeindahan songket Palembang tidak terlepas dari proses pembuatannya yang rumit dan memakan waktu. Kain ini ditenun secara manual menggunakan alat tenun tradisional. Benang emas atau perak disisipkan dengan hati-hati untuk menciptakan motif-motif khas seperti bunga tanjung, kembang pacar, dan pucuk rebung.
Selembar kain songket berkualitas tinggi bisa memakan waktu hingga beberapa bulan untuk selesai, tergantung pada kompleksitas motifnya. Oleh karena itu, kain ini sering digunakan dalam upacara adat, pernikahan, dan acara resmi lainnya sebagai lambang keanggunan dan penghormatan.
Siswa SMP Keluhkan Belum Terima Makan Bergizi Gratis, Sindir Presiden Prabowo
Setiap motif pada songket Palembang memiliki makna tersendiri. Misalnya, motif “pucuk rebung” melambangkan harapan dan pertumbuhan, sementara “bunga tanjung” merepresentasikan keindahan dan keabadian. Warna-warna cerah seperti merah, emas, dan hijau yang dominan pada kain ini mencerminkan semangat dan kemakmuran.
Pengakuan DuniaSongket Palembang telah mendapatkan perhatian internasional sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Pemerintah Indonesia bersama UNESCO berupaya menjadikan songket sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia. Selain itu, kain ini sering ditampilkan dalam berbagai acara fesyen internasional, memperkenalkan keindahan budaya Palembang ke panggung global.
Anak Nikita Mirzani, Resmi Diserahkan ke Keluarga Usai Jalani Pemeriksaan
Di tengah modernisasi, pelestarian songket menjadi tantangan tersendiri. Generasi muda perlu didorong untuk belajar dan mengapresiasi seni tenun tradisional ini. Beberapa komunitas dan pengrajin di Palembang aktif mengadakan pelatihan untuk memastikan warisan ini tetap hidup.
Songket Palembang bukan sekadar kain, tetapi cerminan dari kekayaan budaya dan sejarah yang membanggakan. Sebagai masyarakat lokal maupun internasional, kita memiliki tanggung jawab bersama untuk menjaga dan melestarikan warisan ini, sehingga keindahan songket Palembang dapat terus dikenang oleh generasi mendatang.
"Songket adalah jembatan antara masa lalu dan masa kini, yang menghubungkan kita dengan akar budaya yang kaya dan penuh makna."***