“Bayangkan, dari pagi sampai sore, bergantian ada driver datang. Mereka semua bilang disuruh menjemput anak saya, padahal kami sama sekali tidak pernah memesan layanan itu,” ungkap Miko saat dimintai keterangan.
Miko menjelaskan, peristiwa itu bermula ketika ia sedang berada di rumah mereka di Jalan Papera, Gang Bersama, Kelurahan 12 Ilir, Kecamatan IT I, Palembang. Tiba-tiba, seorang driver ojol datang menanyakan keberadaan MR karena ada pesanan jemputan. Curiga, Miko kemudian menelusuri lebih lanjut.
“Setelah dicek, ternyata orderan itu menggunakan nomor telepon milik terlapor, mantan guru privat anak saya. Orderan langsung saya batalkan. Tapi tak lama, driver lain datang lagi dengan alasan yang sama. Begitu terus sampai belasan kali,” jelasnya.
Menurut Miko, terlapor H pernah menjadi guru privat bahasa Inggris MR. Namun, ia menduga sang guru memiliki ketertarikan berlebihan terhadap anaknya. Dugaan itu diperkuat setelah aksi teror melalui orderan ojol ini dilakukan secara berulang hingga mengganggu kenyamanan keluarga.
Kematian Diplomat Muda Arya Daru Pangayunan Penuh Teka-teki, Bambang Widjojanto Soroti Hilangnya Ponsel dan Surat Misterius
Merasa tidak aman, Miko akhirnya membawa kasus ini ke pihak kepolisian. Laporan diterima oleh Polrestabes Palembang untuk ditindaklanjuti.
Hingga kini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap dugaan teror tersebut, termasuk memeriksa bukti nomor telepon dan riwayat pemesanan layanan ojol.***