ThinkEdu

Miris! 400 Siswa SMP di Buleleng Tak Bisa Membaca, Dewan Pendidikan Angkat Suara

Miris! 400 Siswa SMP di Buleleng Tak Bisa Membaca, Dewan Pendidikan Angkat Suara
Foto : Freepik
Lingkaran.id - Dunia pendidikan di Kabupaten Buleleng, Bali tengah menghadapi sorotan tajam setelah terungkap adanya ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang belum mampu membaca dengan lancar. Temuan ini diungkap langsung oleh Ketua Dewan Pendidikan Buleleng, I Made Sedana, yang menyebut bahwa setidaknya terdapat sekitar 400 siswa mengalami kendala serius dalam kemampuan literasi dasar.

“Jumlah siswa yang belum bisa membaca ini tersebar di hampir seluruh SMP di sembilan kecamatan yang ada di Buleleng. Setiap sekolah mencatat angka yang bervariasi, mulai dari hanya beberapa siswa hingga mencapai puluhan,” ungkapnya i pada Jumat (4/4/2025).

Gegara Kebijakan AS, Rupiah Melemah Lagi! Simak Dampaknya ke Harga Barang

Data ini, kata I Made Sedana, bersumber dari laporan resmi para kepala sekolah kepada Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng. Namun ia menegaskan bahwa angka tersebut kemungkinan masih belum menggambarkan kondisi sesungguhnya. Pasalnya, data yang dikumpulkan sejauh ini hanya mencakup sekolah-sekolah di bawah naungan dinas, belum termasuk madrasah yang berada di bawah kementerian terkait.

“Masalah ini sangat krusial dan tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Harus ada langkah cepat dan terukur, termasuk dengan pencegahan sejak di jenjang pendidikan dasar,” tegasnya.

Ia juga menyinggung kebijakan sistem pendidikan yang kini tak lagi mengenal sistem tinggal kelas, yang dinilainya memiliki sisi negatif jika tak dibarengi dengan solusi konkret bagi siswa yang tertinggal dalam kemampuan membaca.

“Memang ada aturan yang melarang siswa tinggal kelas. Tapi ini jangan dijadikan pembenaran untuk mengabaikan persoalan anak-anak yang masih kesulitan membaca dan mengeja,” tambahnya.

Lebih lanjut, I Made Sedana menekankan pentingnya penerapan metode pembelajaran berdiferensiasi oleh para guru di kelas. Ia menggarisbawahi bahwa dalam banyak kasus, ketidakmampuan membaca bukan semata karena faktor kurangnya bimbingan, namun bisa juga disebabkan oleh kondisi khusus seperti disleksia.

Hindari Kemacetan! Ini Prediksi Puncak Arus Balik Lebaran 2025 dan Jalur Alternatifnya

“Disleksia menjadi salah satu penyebab yang cukup banyak ditemukan. Kami di Dewan Pendidikan sudah menyampaikan laporan ini kepada kepala daerah, dan akan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pihak medis dan psikologis, untuk memastikan solusi yang tepat bagi siswa-siswa dengan kebutuhan khusus,” ujarnya.

Masalah literasi di Buleleng ini menjadi pengingat bahwa tantangan dunia pendidikan bukan hanya soal kurikulum dan fasilitas, tetapi juga bagaimana memahami kebutuhan individual peserta didik. Dewan Pendidikan pun mendorong agar pemerintah daerah segera mengambil tindakan strategis dan menyeluruh agar krisis literasi ini tak semakin meluas.***

Berita Lainnya
Video Lingkaran
Berita Populer Bulan ini
Elearning Course Thinkedu
Berita Terbaru
Pilih yang terbaik