Menurut Pardjono, masyarakat setempat kini membatasi kegiatan harian dan hanya keluar rumah jika benar-benar diperlukan, terutama saat malam hari. Ia menambahkan, toko-toko di Wamena kini hanya berani buka pada pagi hari. Sejak ancaman penyerbuan diumumkan, penjagaan militer di wilayah tersebut diperketat, dan aparat keamanan terlihat berpatroli di sejumlah titik.
Lebih lanjut, Pardjono mengungkapkan bahwa beberapa anggota kelompok separatis diketahui berada di tengah masyarakat, meski mereka menyamarkan identitas dengan tidak membawa senjata saat berada di kota. “Kalau jalan di kota, mereka simpan senjatanya, jadi tidak kelihatan OPM, tapi kami sudah tahu ciri-cirinya,” ucapnya.
Insiden penyerangan terhadap aparat pun dilaporkan terjadi. Salah satunya terjadi di depan RSUD Wamena pada Rabu (28/5/2025), ketika polisi yang sedang mengantar korban kecelakaan lalu lintas ditembak dari jarak dekat di dalam mobil.
Merespons situasi ini, Bupati Jayawijaya Atenius Murib mengeluarkan surat imbauan kepada masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat untuk meningkatkan kewaspadaan.
“Masyarakat diminta tetap berada di rumah dan membatasi aktivitas luar, terutama malam hari,” demikian bunyi salah satu butir surat tersebut. Bupati juga meminta agar masyarakat melapor ke aparat atau ketua RT/RW jika menemukan orang asing dengan perilaku mencurigakan.
Ngaku Butuh Uang, Perempuan di MiChat Pancing Korban untuk Diperas Bersama Komplotannya
TPNPB-OPM, melalui juru bicaranya Sebby Sambom, mengklaim telah melancarkan sejumlah serangan terhadap aparat keamanan. Dalam pernyataan persnya, Sebby menyebut dua anggota TNI menjadi korban dalam serangan bersenjata di dekat RSUD Wamena pada Rabu.
"Dua aparat terkena tembakan dan diduga tewas," katanya.
Sebby menegaskan bahwa kelompok separatis bersenjata dari tiga wilayah komando—termasuk Kodap III Ndugama Derakma telah dikerahkan untuk merebut kendali atas Kota Wamena, menjadikannya sebagai medan operasi militer. Ia juga memperingatkan warga, baik Orang Asli Papua (OAP) maupun pendatang, agar segera meninggalkan kota atau berhenti beraktivitas di luar rumah guna menghindari risiko menjadi korban dalam serangan yang disebutnya akan dilakukan secara acak.
Sementara itu, aparat keamanan Indonesia disebut sedang melakukan penyisiran di sejumlah jalur strategis, termasuk Jalan Trans Wamena yang menghubungkan wilayah Yalimo, Yahukimo, dan Nduga, sebagai bagian dari upaya mengamankan wilayah dari infiltrasi kelompok separatis.***