Sri Mulyani Samakan Manfaat Pajak dengan Zakat dan Wakaf
“Faktanya, saya tidak pernah menyatakan bahwa guru adalah beban negara. Video itu hasil deepfake dan hanya potongan tidak lengkap dari pidato saya dalam Forum Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia di ITB pada 7 Agustus lalu,” tegas Sri Mulyani melalui akun Instagram resminya, @smindrawati, Selasa (19/8) malam.
Sebelumnya, sebuah video yang menampilkan pernyataan kontroversial Sri Mulyani viral di media sosial. Dalam potongan tersebut, ia seolah mengatakan gaji guru tidak seharusnya ditanggung pemerintah, sehingga memicu amarah masyarakat, khususnya kalangan tenaga pendidik.
Menanggapi hal itu, Sri Mulyani memberikan penjelasan bahwa dalam pidatonya, ia justru sedang mengangkat persoalan besar terkait tantangan pembiayaan negara di sektor pendidikan. Ia menyebut bahwa selama ini profesi guru maupun dosen sering dianggap kurang dihargai karena gajinya tidak sebanding dengan peran besar mereka.
“Banyak di media sosial saya selalu dikutip mengatakan, menjadi dosen atau guru tidak dihargai karena gajinya tidak besar. Itu saya sampaikan sebagai salah satu tantangan bagi keuangan negara,” jelasnya.
Ia menuturkan, pernyataannya kala itu diarahkan pada pertanyaan fundamental mengenai siapa yang seharusnya menanggung biaya pendidikan. Apakah seluruh beban sepenuhnya harus diletakkan di pundak pemerintah, atau masyarakat juga dapat ikut berkontribusi dalam mendukung kesejahteraan guru dan dosen.
IHSG Menguat 0,70% di Awal Perdagangan 13 Agustus 2025, Saham Perbankan & Teknologi Melonjak
Namun, Sri Mulyani tidak merinci lebih jauh mengenai bentuk kontribusi masyarakat yang dimaksud. Ia hanya menegaskan bahwa konteks ucapannya adalah untuk membangun kesadaran bersama mengenai pentingnya pembiayaan pendidikan yang berkelanjutan.
Dengan klarifikasi ini, Sri Mulyani berharap publik tidak mudah terprovokasi oleh informasi menyesatkan, terutama yang dihasilkan melalui teknologi manipulasi digital seperti deepfake.***