“Mulai Januari nanti, setiap penerima bansos akan didata dengan menggunakan teknologi face recognition sehingga penerima maupun yang tidak berhak menerima dapat teridentifikasi secara real-time dan data dapat segera diperbarui,” ujar Luhut saat peluncuran program Sahabat-AI di Jakarta, Senin (2/6/2025).
Luhut menambahkan bahwa digitalisasi sistem penyaluran bansos ini diperkirakan mampu menghemat anggaran negara hingga mencapai Rp100 triliun. Menurutnya, penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sudah menjadi kebutuhan strategis dalam memperbaiki tata kelola bantuan sosial.
TEDxKambangIwak Sukses Gelar 'COUNTDOWN 2025: Hadirkan Tokoh Lokal dalam Forum Inovasi Lingkungan dan Budaya Palembang
Dengan teknologi AI tersebut, pemerintah dapat secara dinamis mengelola data penerima bansos berdasarkan perubahan kondisi ekonomi atau pekerjaan penerima.
“Sistem ini akan mampu membedakan siapa yang berhak menerima bansos hari ini, bulan depan, atau minggu depan, karena bisa melihat apakah penerima tersebut sudah mendapatkan pekerjaan atau belum. Bila sudah mendapatkan pekerjaan, maka dia tidak berhak lagi menerima bantuan,” jelas Luhut.
Menurutnya, sistem ini akan membangun sebuah ekosistem digital yang terintegrasi, sehingga penyaluran bansos menjadi lebih tepat sasaran dan efisien dalam penggunaan anggaran negara.***