DPR Sepakati Tuntutan “17+8”: Hentikan Tunjangan Rumah dan Pangkas Fasilitas Anggota Dewan
Wulan _ 12 jam yang lalu
Lingkaran.id - Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akhirnya menanggapi tuntutan sejumlah influencer yang terangkum dalam gerakan “17+8”. Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad, mengumumkan bahwa mulai 31 Agustus 2025, tunjangan rumah untuk anggota dewan resmi dihentikan.Tidak hanya itu, DPR juga melakukan pemangkasan terhadap sejumlah fasilitas lain yang selama ini melekat pada anggota legislatif. Fasilitas yang dipangkas antara lain biaya langganan listrik, telepon, pulsa, komunikasi intensif, hingga tunjangan transportasi.Kapolri Tanggapi Isu Keterlibatan Riza Chalid dalam Pendanaan Kerusuhan Demo NasionalLebih lanjut, Dasco menegaskan bahwa anggota DPR yang sudah dinonaktifkan oleh partai politik tidak akan lagi menerima gaji maupun hak-hak keuangan lainnya. Beberapa nama publik figur yang masuk dalam kategori tersebut, di antaranya Ahmad Sahroni, Nafa Urbach, Eko Patrio, dan Uya Kuya.Selain pemangkasan fasilitas, DPR juga menyatakan komitmennya untuk memperkuat transparansi dalam kinerja lembaga serta membuka ruang partisipasi publik dalam proses legislasi.Jumlah Tersangka Pembakaran Gedung DPRD di Makassar dan Sulsel Bertambah Jadi 29 OrangMenurut Dasco, langkah ini penting sebagai upaya membangun kembali kepercayaan masyarakat yang sempat terguncang akibat kritik keras terkait gaya hidup mewah dan fasilitas berlebihan yang dinikmati para wakil rakyat.“Semua keputusan ini diambil demi kepentingan rakyat, agar DPR lebih fokus bekerja dan tidak lagi disorot karena hal-hal yang menyinggung sensitivitas publik,” tegas Dasco.***
Read More Dugaan Pemalsuan Ijazah dan SKL, Pihak Sekolah Bungkam
Wulan _ 12 jam yang lalu
Lingkaran.id - Isu dugaan pemalsuan ijazah dan Surat Keterangan Lulus (SKL) mencuat di salah satu Sekolah Dasar (SD) di kawasan Cipayung, Kota Depok. Meski demikian, pihak sekolah memilih bungkam dan tidak memberikan penjelasan resmi terkait persoalan tersebut.Sejumlah pertanyaan yang diajukan mengenai keaslian dokumen kelulusan itu justru dilemparkan kembali oleh pihak sekolah kepada wali murid. Mereka berkilah tidak mengetahui apapun mengenai kabar yang sedang beredar.Jumlah Korban Dugaan Keracunan MBG Meningkat, Capai 80 SiswaKepala sekolah, Fitri, saat dikonfirmasi pada Sabtu (6/9), menegaskan bahwa pihaknya sama sekali tidak memahami duduk permasalahan. Ia bahkan menyarankan agar awak media maupun pihak lain menanyakan langsung kepada orang-orang yang pertama kali mengangkat isu tersebut.“Saya tidak tahu terkait hal itu (ijazah palsu). Silakan tanyakan ke narasumbernya saja,” ujar Fitri.“Kami benar-benar tidak tahu. Lebih baik tanyakan saja ke pihak yang membuat isu itu,” tambahnya.Kejagung Tetapkan Nadiem Makarim sebagai Tersangka Dugaan Korupsi Laptop ChromebookSementara itu, dugaan pemalsuan ini terungkap setelah sejumlah orang tua murid menemukan berbagai kejanggalan dalam dokumen kelulusan anak mereka. Temuan tersebut meliputi nomor ijazah yang tidak sesuai, ketidaksesuaian pada Nomor Induk Siswa Nasional (NISN), hingga adanya tanda tangan yayasan yang diduga dipalsukan.Kasus ini memicu keresahan di kalangan wali murid, mengingat ijazah dan SKL merupakan dokumen penting yang berfungsi sebagai bukti sah kelulusan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Hingga kini, pihak sekolah belum memberikan klarifikasi lebih lanjut.***
Read More Kasus Kematian Zara Qairina Mahathir Masuki Babak Baru, Forensik Ungkap Bukti Jatuh dari Ketinggian
Wulan _ 13 jam yang lalu
Lingkaran.id - Kasus kematian tragis Zara Qairina Mahathir (13) memasuki babak baru setelah pengadilan menggelar sidang pemeriksaan kematian (inquest) pada Rabu (3/9/2025). Dalam sidang tersebut, tim forensik memastikan bahwa Zara meninggal dunia akibat jatuh dari ketinggian, meskipun keputusan akhir mengenai penyebab pasti kematiannya masih akan ditentukan oleh pengadilan.Menurut laporan New Strait Times (4/9/2025), hasil autopsi yang dilakukan dr Jessie Hiu, dokter forensik yang menjadi saksi pertama dari 68 saksi yang dijadwalkan hadir, menemukan serangkaian luka serius di tubuh Zara, termasuk cedera di kepala, tangan, kaki, hingga tulang belakang. dr. Jessie Hiu menegaskan bahwa pola luka yang ada tidak sesuai dengan kondisi terpeleset atau terdorong, melainkan konsisten dengan peristiwa jatuh dari ketinggian.Tragis! Pria ini Jagal Kucing dan Jual Dagingnya Rp100 Ribu/KgMeski jasad korban sudah berada pada tahap dekomposisi menengah hingga lanjut, autopsi tetap berhasil dilakukan. Dari hasil pemeriksaan, ditemukan:Luka jahitan di bagian belakang kepala,Memar di tangan kiri, pergelangan, dan jari,Patah tulang kering kanan dan kiri,Patah pada tumit kiri dan dislokasi pergelangan kaki,Patah tulang belakang bawah,Pendarahan di jaringan otot dan panggul.Untuk memudahkan penjelasan di persidangan, dr. Jessie Hiu bahkan menggunakan manekin guna memperlihatkan mekanisme jatuhnya Zara. Menurutnya, luka paling dominan berada di area kaki, yang menunjukkan bahwa Zara mendarat dengan posisi kaki lebih dahulu, lalu tubuh terhempas ke belakang sehingga kepala terbentur beton.“Cedera utama korban konsisten dengan jatuh dari ketinggian,” kata dr. Jessie Hiu, dikutip dari Malay Mail (6/9/2025).Namun demikian, dr. Jessie Hiu mengakui tidak bisa memastikan Zara jatuh dari lantai berapa. Posisi jasad saat ditemukan mengindikasikan adanya kemungkinan korban sempat melompat atau bergelantungan di pagar sebelum akhirnya jatuh.Dalam sidang, Ram Singh, kuasa hukum dari lima remaja yang dituding sebagai pelaku bullying terhadap Zara, mempertanyakan kemungkinan bahwa korban jatuh karena keinginannya sendiri.“Jika bukan terpeleset atau didorong, apakah mungkin korban jatuh dengan kemauan sendiri?”, tanya Ram Singh.“Hal itu bukan kewenangan saya untuk memutuskan, melainkan pengadilan,” jawab dr. Jessie Hiu.Di sisi lain, Ridzwandean Borhan, pengacara keluarga Zara, menyinggung keterbatasan autopsi. Menurut dr. Jessie Hiu, luka ringan seperti bekas tamparan atau pukulan sebelum jatuh mungkin tidak lagi terdeteksi karena tubuh korban telah mengalami pembusukan.“Jika luka hanya di permukaan kulit dan tidak sampai ke jaringan otot, kemungkinan besar tidak terlihat saat autopsi,” jelas dr. Jessie Hiu.Siswi SMP Jadi Korban Keracunan Usai Santap Makanan Bergizi GratisSidang inquest yang dipimpin Koroner Amir Shah Amir Hassan ini akan berlangsung selama 19 hari, dengan menghadirkan total 68 saksi. Hingga hari kedua, pengadilan masih fokus mengumpulkan bukti dan keterangan untuk mengurai penyebab pasti kematian Zara.Kasus ini menyita perhatian publik karena sebelum kematiannya, Zara dilaporkan mengalami perundungan. Namun, kaitan langsung antara peristiwa bullying tersebut dengan kematian Zara masih menjadi bagian dari materi yang akan digali lebih dalam dalam persidangan.***
Read More Laras Faizati Diciduk, Diduga Jadi Otak Provokasi Pembakaran Mabes Polri
Wulan _ 13 jam yang lalu
Lingkaran.id - Kepolisian menetapkan Laras Faizati Khairunnisa (26) sebagai tersangka dalam kasus dugaan penghasutan massa untuk membakar Gedung Mabes Polri saat aksi demonstrasi berlangsung.Perempuan muda itu ditangkap tim Siber Bareskrim Polri di rumahnya yang berada di kawasan Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur, pada Senin (1/9/2025). Penangkapan ini dibenarkan oleh Brigjen Pol Himawan Bayu Aji, Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri.Kompol Cosmas Resmi Dipecat Tidak Hormat, Kasus Rantis Brimob Lindas Ojol Affan Jadi Sorotan NasionalMenurutnya, Laras membuat serta menyebarkan konten video di Instagram yang berisi ujaran kebencian dan provokasi. Konten tersebut dianggap mendorong massa untuk melakukan pembakaran gedung Mabes Polri. Selain Laras, polisi juga mengamankan enam orang lainnya yang diduga memiliki peran serupa dalam memicu aksi anarkis.Seorang warga bernama Lia, istri Ketua RT setempat, menuturkan bagaimana polisi menangkap Laras. Sekitar pukul 16.00 WIB, empat anggota polisi mendatangi rumah Lia untuk mencari alamat Laras. Awalnya ia tidak mengenali nama tersebut, namun setelah polisi menyebutkan identitas lengkap, barulah ia sadar.Lia sempat meminta surat tugas resmi, dan setelah ditunjukkan, ia mengantar polisi ke rumah Laras yang berjarak sekitar 200 meter. Polisi diterima oleh ibu Laras dan diajak masuk ke ruang tamu, sementara Lia memilih menunggu di luar.Tak lama kemudian, Laras keluar didampingi ibunya yang menangis menyaksikan anaknya dibawa aparat. Laras tidak diborgol, membawa sebuah tas ransel, dan ditemani adiknya yang ikut masuk ke mobil polisi.“Ibunya larut menangis, sedangkan adiknya diminta ikut mendampingi. Mereka bahkan sempat menunggu sebentar karena adiknya sedang memakai sepatu,” ujar Lia.Ia juga menyampaikan rasa iba kepada ibunda Laras yang hanya berharap agar peristiwa ini tidak tersebar ke tetangga sekitar. Kuasa hukum Laras, Abdul Gafur Sangadji, mengkritik proses hukum yang dijalankan. Ia menilai Laras tidak pernah dipanggil untuk dimintai klarifikasi sebelum statusnya naik menjadi tersangka.“Laras dilaporkan tanggal 31 Agustus, hari itu juga langsung jadi tersangka. Lalu pada 1 September dilakukan penangkapan paksa. Tidak ada proses pemanggilan atau klarifikasi terlebih dahulu,” kata Abdul Gafur.Jumlah Tersangka Pembakaran Gedung DPRD di Makassar dan Sulsel Bertambah Jadi 29 OrangIa menambahkan bahwa unggahan Laras sebenarnya merupakan ekspresi kekecewaan pribadi usai peristiwa kendaraan taktis Brimob menabrak pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, pada 28 Agustus 2025. Menurutnya, penetapan tersangka semestinya didasarkan pada proses pemeriksaan yang transparan agar Laras mengetahui secara pasti perkara dan laporan yang menjeratnya.Polri menegaskan pihaknya bertindak cepat menindak akun-akun yang menyebarkan provokasi di media sosial, terutama yang berpotensi memicu generasi muda melakukan kerusuhan.Saat ini Laras bersama enam orang lainnya masih menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Polisi memastikan proses hukum dijalankan sesuai ketentuan yang berlaku.***
Read More Polda Jabar Tetapkan 12 Tersangka Kasus Bom Molotov dan Konten Provokatif Saat Demo di Gedung DPRD
Wulan _ 13 jam yang lalu
Lingkaran.id - Kepolisian Daerah Jawa Barat resmi menetapkan 12 orang sebagai tersangka dalam kasus tindak pidana penyebaran kebencian serta aksi pelemparan bom molotov saat unjuk rasa di Gedung DPRD Jabar.Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol. Hendra Rochmawan, S.I.K., M.H., bersama Direktur Reserse Siber, menjelaskan bahwa dari 12 orang tersangka tersebut, 11 sudah dihadirkan ke publik, sementara satu tersangka lainnya masih di bawah umur sehingga penanganannya dilakukan secara khusus sesuai aturan hukum.Jumlah Tersangka Pembakaran Gedung DPRD di Makassar dan Sulsel Bertambah Jadi 29 OrangMenurut Kombes Hendra, para tersangka memiliki peran berbeda dalam aksi tersebut. Ada yang meracik dan melempar bom molotov, merekam jalannya peristiwa, hingga menyebarkan konten provokatif melalui media sosial. Bahkan, salah satu di antaranya diketahui menuliskan kalimat bernada provokasi di Instagram berbunyi, “Sebotol intisari buat kalian aparat anjing” serta mengajak untuk membakar gedung DPRD.“Modus para pelaku tidak hanya sebatas aksi anarkis di lapangan, tetapi juga melakukan provokasi secara digital yang berpotensi menimbulkan rasa benci dan permusuhan terhadap aparat,” ungkapnya.Dari hasil penyelidikan, polisi mengidentifikasi beberapa tersangka yang memiliki peran penting. Misalnya AF yang meracik sekaligus melempar bom molotov, DR yang merekam jalannya peristiwa, serta MS yang bukan hanya ikut meracik molotov, tetapi juga terekam saat membakar bendera merah putih. Sementara itu, RR, RZ, dan AGM berperan dalam mendokumentasikan kejadian lalu menyebarkannya ke media sosial serta grup WhatsApp.Selain itu, tersangka AY turut melakukan provokasi secara langsung melalui siaran TikTok dengan ajakan membakar gedung DPRD. Sedangkan MAK diketahui menyebarkan informasi palsu dengan narasi aparat menembakkan peluru karet ke massa. Rangkaian konten tersebut dinilai polisi sengaja dibuat untuk memperkeruh situasi dan menimbulkan kebencian terhadap aparat negara.Dalam proses penangkapan, aparat mengamankan sejumlah barang bukti, antara lain empat bom molotov, tiga kembang api, dua bom gas portable, bendera bergambar “Star of Chaos”, pakaian yang digunakan saat aksi, serta 13 unit ponsel dengan akun-akun media sosial yang dipakai untuk menyebarkan konten provokatif.Dirreskrimsus Polda Jabar menegaskan bahwa seluruh tersangka tetap mendapatkan pendampingan hukum sesuai Pasal 54 dan 56 KUHAP.“Proses hukum kami jalankan secara adil dengan tetap menghormati hak-hak tersangka,” ujarnya.Para tersangka kini dijerat dengan pasal berlapis, di antaranya Pasal 45A ayat (2) juncto Pasal 28 ayat (2) UU ITE, Pasal 170 dan 406 KUHP, Pasal 66 UU No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan, serta pasal 55 dan 56 KUHP. Ancaman hukuman bagi mereka mencapai enam tahun penjara.Kompol Cosmas Resmi Dipecat Tidak Hormat, Kasus Rantis Brimob Lindas Ojol Affan Jadi Sorotan NasionalKombes Pol. Hendra Rochmawan menegaskan, Polda Jabar tidak akan mentolerir setiap aksi yang merusak fasilitas negara maupun mengganggu ketertiban umum.“Kami mengimbau masyarakat Jawa Barat untuk tidak mudah terprovokasi dengan konten-konten di media sosial. Mari kita jaga kondusifitas bersama, karena keamanan adalah tanggung jawab kita semua,” katanya pada Kamis (4/9/2025).Polda Jabar juga menyoroti pentingnya literasi digital agar masyarakat lebih berhati-hati dalam menyerap informasi di dunia maya. Kepolisian memastikan akan terus menindak tegas pihak-pihak yang terbukti menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, maupun provokasi yang mengarah pada tindak pidana.***
Read More Jumlah Tersangka Pembakaran Gedung DPRD di Makassar dan Sulsel Bertambah Jadi 29 Orang
Wulan _ 1 hari yang lalu
Lingkaran.id -Jumlah tersangka dalam kasus kericuhan yang berujung pada pembakaran Gedung DPRD Sulawesi Selatan (Sulsel) dan DPRD Kota Makassar pada 29 Agustus lalu terus bertambah. Insiden yang menelan tiga korban jiwa itu kini menyeret 29 orang sebagai tersangka, meningkat dari sebelumnya 11 orang.Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Didik Supranoto, saat konferensi pers pada Kamis (4/9) sore, mengungkapkan bahwa dari total tersangka, 14 orang terkait dengan peristiwa pembakaran Gedung DPRD Sulsel, sementara 15 lainnya berkaitan dengan kasus di Gedung DPRD Makassar.Berbagai Dampak Demo Ricuh di Makassar Gedung, Bangunan di bakar oleh Warga“Untuk Gedung DPRD Sulsel, ada 13 orang dewasa dan 1 anak di bawah umur yang ditetapkan sebagai tersangka. Sedangkan di DPRD Makassar, ada 10 orang dewasa dan 5 anak di bawah umur,” jelas Kombes Pol Didik Supranoto.Ia merinci, para tersangka berasal dari berbagai latar belakang. Terdapat 10 mahasiswa, 6 pelajar SMA, serta sejumlah pekerja lepas, buruh bangunan, hingga pengangguran. Mereka diduga terlibat dalam aksi perusakan dan pembakaran dengan cara melemparkan bom molotov.Atas perbuatannya, para tersangka dijerat dengan sejumlah pasal, di antaranya Pasal 187 KUHP tentang pembakaran, Pasal 170 KUHP tentang kekerasan bersama, Pasal 406 KUHP tentang perusakan, serta pasal lain yang berkaitan dengan pencurian, penadahan, hingga UU ITE terkait ujaran kebencian.“Proses penyidikan masih berjalan dan pendalaman terus dilakukan. Tidak menutup kemungkinan jumlah tersangka akan kembali bertambah,” tegas Kombes Pol Didik Supranoto.Daftar TersangkaKasus Gedung DPRD Sulsel: 14 orang tersangka, terdiri dari mahasiswa, pelajar, buruh, dan pengangguran.Kasus Gedung DPRD Makassar: 15 orang tersangka dengan latar belakang beragam, termasuk mahasiswa, buruh bangunan, pekerja harian, hingga pelajar di bawah umur.Suami Istri Provokator Aksi Penjarahan Rumah Sahroni Ditangkap PolisiPolda Sulsel juga membeberkan identitas para tersangka, mulai dari RN (19), seorang buruh harian lepas, hingga sejumlah mahasiswa dan pelajar yang masih berusia 15–17 tahun.Hingga kini, aparat kepolisian masih melakukan pengembangan untuk menelusuri kemungkinan adanya aktor lain yang terlibat dalam kerusuhan besar tersebut.***
Read More Jumlah Korban Dugaan Keracunan MBG Meningkat, Capai 80 Siswa
Wulan _ 1 hari yang lalu
Lingkaran.id - Kasus dugaan keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, terus mengalami peningkatan. Hingga Rabu (3/9/2025) siang, tercatat sebanyak 80 siswa dari tingkat SD hingga SMP dilaporkan mengalami gejala gangguan kesehatan setelah mengonsumsi makanan dalam program tersebut.Kepala Puskesmas Pedamaran, Hasanul, mengungkapkan pihaknya terus melakukan pemantauan intensif terhadap kondisi para siswa yang terdampak. Menurutnya, sebagian anak masih menjalani perawatan dan proses pemulihan, sementara beberapa lainnya sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya berangsur membaik.Siswi SMP Jadi Korban Keracunan Usai Santap Makanan Bergizi Gratis“Per siang tadi, ada 80 siswa yang dilaporkan mengalami keluhan kesehatan. Kami memberikan penanganan medis di Puskesmas, baik berupa pemeriksaan maupun pengobatan. Semua perkembangan pasien akan terus dipantau untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi lanjutan,” jelas Hasanul.Menanggapi kejadian ini, Sekretaris Daerah (Sekda) OKI, Asmar Wijaya, menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten bergerak cepat memastikan keselamatan seluruh siswa. Menurutnya, meskipun program MBG memiliki tujuan positif dalam mendukung gizi anak-anak, aspek keamanan dan kesehatan peserta didik tetap menjadi prioritas utama.Kompol Cosmas Resmi Dipecat Tidak Hormat, Kasus Rantis Brimob Lindas Ojol Affan Jadi Sorotan Nasional“Program makanan bergizi ini memang baik untuk mendukung tumbuh kembang anak, tetapi yang lebih penting adalah keselamatan mereka. Oleh karena itu, kami memastikan semua siswa yang terdampak memperoleh layanan medis terbaik. Kami juga sudah meninjau langsung Puskesmas dan Posko SPPG di Desa Menang Raya, Pedamaran,” ujar Asmar.Saat ini, Pemkab OKI bersama tenaga medis dan pihak terkait terus melakukan evaluasi menyeluruh untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari.***
Read More Kejagung Tetapkan Nadiem Makarim sebagai Tersangka Dugaan Korupsi Laptop Chromebook
Wulan _ 1 hari yang lalu
Lingkaran.id - Kejaksaan Agung (Kejagung) resmi menetapkan mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengadaan laptop berbasis Chromebook.Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Anang Supriatna, menyampaikan penetapan status tersangka ini dilakukan setelah melalui proses panjang pemeriksaan saksi, pengumpulan alat bukti, hingga ekspose perkara.Kapolri Tanggapi Isu Keterlibatan Riza Chalid dalam Pendanaan Kerusuhan Demo Nasional“Dari hasil pendalaman, keterangan saksi-saksi, serta alat bukti yang ada, pada sore ini setelah dilakukan ekspose, penyidik menetapkan tersangka baru dengan inisial NAM,” ujar Anang dalam konferensi pers, Kamis (4/9/2025).Menurut Anang, penyidik telah memeriksa sekitar 120 orang saksi dan menghadirkan 4 orang ahli sebelum menetapkan Nadiem sebagai tersangka. Pemeriksaan tersebut mencakup keterangan dari pejabat terkait, pihak vendor, hingga ahli pengadaan dan akuntansi.“Penyidik melakukan pendalaman, pemeriksaan, dan pemanggilan terhadap saksi kurang lebih 120 orang dan juga 4 ahli,” jelasnya.Suami Istri Provokator Aksi Penjarahan Rumah Sahroni Ditangkap PolisiKasus dugaan korupsi laptop Chromebook ini sebelumnya menjadi sorotan publik karena nilainya yang fantastis serta menyangkut kepentingan dunia pendidikan. Penetapan Nadiem sebagai tersangka menambah daftar pihak yang telah terjerat dalam perkara tersebut.Kejagung menegaskan proses penyidikan akan terus berlanjut, termasuk kemungkinan adanya tersangka lain jika ditemukan bukti yang cukup.***
Read More Tragis! Pria ini Jagal Kucing dan Jual Dagingnya Rp100 Ribu/Kg
Wulan _ 1 hari yang lalu
Lingkaran.id - Warga Pagar Alam digegerkan dengan kasus tragis penjualan daging kucing. Seorang pria bernama Sujady ditangkap polisi setelah diduga kuat telah membantai ratusan kucing selama beberapa bulan terakhir.Kapolres Pagar Alam, AKBP Januar Kencana Setia, mengungkapkan bahwa dari hasil pemeriksaan, pelaku mengaku telah melakukan praktik keji itu sejak sekitar empat bulan lalu, tepatnya setelah Lebaran.Siswi SMP Jadi Korban Keracunan Usai Santap Makanan Bergizi Gratis“Menurut keterangan pelaku, sudah lebih dari 100 ekor kucing yang dipotong selama empat bulan terakhir. Motifnya karena desakan ekonomi, ia butuh uang,” jelas AKBP Januar.Dalam pengakuannya, Sujady mendapatkan kucing-kucing tersebut dengan cara menangkap hewan liar yang berkeliaran di jalan maupun di sekitar perumahan warga. Setelah disembelih, dagingnya kemudian dijual secara berkeliling di kawasan Pagar Alam.Pelaku mengaku menjual daging tersebut dengan harga Rp 100 ribu per kilogram, meski awalnya menawarkan Rp 120 ribu. Dari satu ekor kucing, biasanya ia bisa mendapatkan sekitar 1,5 kilogram daging.Geger! Penemuan Bayi Perempuan Dimutilasi di Dalam Lemari Indekos“Saya jual keliling, biasanya ditawar jadi Rp 100 ribu per kilo. Untuk isi dalamnya tidak saya jual. Saya minta maaf,” kata Sujady saat dimintai keterangan.Polisi masih mendalami kasus ini, termasuk kemungkinan adanya pihak lain yang mengetahui atau terlibat dalam peredaran daging kucing tersebut. Sementara itu, masyarakat setempat menyuarakan rasa prihatin sekaligus marah atas perbuatan pelaku yang dinilai kejam dan meresahkan.***
Read More Rumah Uya Kuya Dibanjiri Karangan Bunga Usai Penjarahan
Wulan _ 1 hari yang lalu
Lingkaran.id - Rumah artis sekaligus politisi Partai Amanat Nasional (PAN), Surya Utama alias Uya Kuya, mendadak ramai dipenuhi karangan bunga berisi ungkapan dukungan dan simpati. Karangan bunga itu berdatangan setelah kediamannya menjadi sasaran penjarahan oleh sekelompok massa beberapa waktu lalu.Ungkapan dukungan tersebut datang dari berbagai kalangan, mulai dari rekan sesama artis, penggemar, hingga masyarakat yang pernah merasakan kebaikan Uya. Salah satunya datang dari selebgram Denise Chariesta, yang bahkan mengirim lebih dari satu karangan bunga.Uya Kuya Ajukan Restorative Justice untuk Salah Satu Terduga Pelaku Penjarahan Rumahnya: Pelaku Lain Tetap Diproses"Kami tidak akan terprovokasi dengan video lama yang beredar dan diedit. Terima kasih telah jadi orang baik dan membantu banyak orang," Salah satu karangan bunga.Selain itu, ada juga kiriman dari pihak yang menuliskan identitasnya sebagai “Hamba Allah” serta dari komunitas yang menamakan diri “Kami yang Pernah Ditolong Uya Kuya. Dukungan serupa juga datang dari warga Jakarta Selatan, yang menulis pesan penuh makna.“Di setiap luka ada daya, di setiap ujian ada makna. Tetaplah kuat Bang Uya Kuya. Doa terbaik kami untuk Abang & keluarga, ” ucapan dalam karangan bunga.Meski menjadi korban penjarahan, Uya Kuya menegaskan bahwa dirinya sudah mengikhlaskan kejadian tersebut. Namun, ia tak menampik merasa sedih karena sejumlah kucing peliharaannya turut dibawa oleh massa.“Aku ikhlas saja, enggak apa-apa. Cuma yang bikin sedih itu karena kucing-kucingku juga ikut dijarah. Itu makhluk hidup, bukan barang,” ungkapnya.Di tengah proses hukum, Uya sempat bertemu langsung dengan salah satu terduga pelaku, seorang ibu paruh baya yang tertangkap membawa unit AC dari rumahnya. Pertemuan itu terjadi di kawasan Matraman, Jakarta Timur, bersama aparat kepolisian. Uya kemudian menceritakan latar belakang sang ibu yang membuatnya terenyuh.“Ibu ini kesehariannya tukang parkir. Suaminya juga tukang parkir. Dia tinggal dengan anak dan cucunya, di mana cucunya adalah penyandang disabilitas,” jelas Uya.Angelina Sondakh Beberkan Sisi Gelap DPR, Singgung Permainan KekuasaanMendengar kondisi keluarga tersebut, Uya Kuya memilih untuk memaafkan dan tidak melanjutkan laporan hukum. Ia bahkan mengajukan langkah restorative justice agar kasus tersebut bisa diselesaikan tanpa proses pengadilan.“Saya sendiri yang mengajukan restorative justice. Jadi untuk ibu ini, saya minta kasusnya cukup sampai di sini saja, tidak usah dibawa ke tahap berikutnya,” tegas Uya.Keputusan Uya ini menuai apresiasi publik yang menilai sikapnya sebagai bentuk empati dan kebesaran hati, meski dirinya menjadi korban penjarahan.***
Read More Angelina Sondakh Beberkan Sisi Gelap DPR, Singgung Permainan Kekuasaan
Wulan _ 2 hari yang lalu
Lingkaran.id - Mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) sekaligus artis, Angelina Sondakh, kembali menjadi sorotan publik usai mengungkap pengalaman kelamnya saat duduk di kursi parlemen. Dalam pernyataannya, ia secara terbuka menyinggung adanya praktik permainan kekuasaan yang mewarnai dinamika DPR pada eranya.Isu ini mencuat di tengah gelombang demonstrasi besar-besaran masyarakat terhadap DPR RI yang belakangan marak terjadi. Publik menyoroti besarnya tunjangan anggota dewan yang mencapai Rp100 juta per bulan serta gaya komunikasi sejumlah anggota DPR yang dinilai arogan. Akumulasi kekecewaan itu bahkan memunculkan narasi ekstrem terkait desakan “pembubaran DPR”.Kompol Cosmas Resmi Dipecat Tidak Hormat, Kasus Rantis Brimob Lindas Ojol Affan Jadi Sorotan NasionalDi tengah polemik tersebut, Angelina berbicara blak-blakan dalam program Rumpi No Secret yang tayang di akun resmi Trans TV pada Jumat (29/8/2025). Menjawab pertanyaan Feni Rose mengenai pernyataannya yang pernah menyebut DPR “sangat kotor,” Angelina menguraikan pengalamannya sebagai wakil rakyat.Menurutnya, suasana politik kala itu sarat dengan kepentingan pribadi maupun kelompok. Kondisi ini membuat fungsi DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat kerap terabaikan.“Ya karena ini saya ngomongin di zamannya saya ya. Politik itu ibarat sekolah, ada yang elit, ada yang jadi pengambil keputusan, ada yang bagian merumuskan. Intinya, banyak permainan kekuasaan di dalamnya,” ujar Angelina.Lebih jauh, perempuan yang akrab disapa Angie itu mengaku baru menyadari sepenuhnya praktik tersebut ketika dirinya menjalani hukuman penjara akibat kasus korupsi. Dari balik jeruji, ia bisa melihat gambaran besar mengenai bagaimana sistem di DPR bekerja.“Oh, ini ternyata soal permainan, soal akrobatik orang. Aku baru sadar ketika masuk penjara, ternyata ada setingan-setingan yang dulu membuat aku terjebak,” ungkapnya.Angelina menegaskan, budaya permainan kekuasaan sudah mengakar dalam sistem. Idealnya, jabatan publik dijalankan demi kepentingan rakyat, namun menurutnya, kenyataan di masanya justru lebih condong untuk menguntungkan segelintir orang.Selain itu, Angelina juga menyinggung faktor uang dan jabatan yang membuat dirinya terlena. Ia menggambarkan bagaimana kekuasaan bisa menimbulkan candu.“Semakin banyak orang memberi respek, kita jadi merasa butuh lebih. Dari awalnya hanya jadi anggota, naik jadi ketua, lalu wakil sekjen. Ambisi itu membuat aku dulu kehilangan kepekaan terhadap rakyat,” jelasnya.The Conjuring: Last Rites Resmi Tayang, Akhiri Kisah Ed dan Lorraine Warren dengan Penuh MisteriAngelina mengakui, usianya yang masih muda kala itu 27 tahun membuatnya mudah terjebak dalam ambisi dan mimpi besar, hingga akhirnya kehilangan empati. Ia menekankan, pengakuan tersebut adalah refleksi pribadinya, meskipun setiap orang bisa memiliki pengalaman dan perspektif berbeda.Sebagai catatan, Angelina Sondakh pernah menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2004–2009 dan terpilih kembali untuk periode 2009–2014 dari Fraksi Partai Demokrat. Namun, karier politiknya terhenti setelah ia terbukti bersalah dalam kasus korupsi pembangunan Wisma Atlet SEA Games 2011 di Palembang. Atas kasus itu, mantan Puteri Indonesia ini dijatuhi hukuman penjara selama 10 tahun.***
Read More Geger! Penemuan Bayi Perempuan Dimutilasi di Dalam Lemari Indekos
Wulan _ 2 hari yang lalu
Lingkaran.id - Suasana duka sekaligus kepanikan menyelimuti warga Desa Arjasa, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, setelah penemuan jenazah bayi perempuan bernama Syifa (1) dalam kondisi mengenaskan. Bayi malang itu ditemukan sudah tidak bernyawa dengan tubuh yang dimutilasi dan disimpan di dalam lemari terkunci di sebuah kamar indekos, Senin malam (1/9/2025).Jenazah Syifa dibungkus berlapis, mulai dari kain, plastik, hingga dimasukkan ke dalam tas, kemudian dilapisi plastik kembali untuk menutupi tubuhnya. Penemuan ini sontak menggemparkan warga sekitar yang tidak menyangka tragedi memilukan tersebut terjadi di lingkungan mereka.Wapres Gibran Digugat Rp125 Triliun, PN Jakpus Gelar Sidang Perdana 8 September 2025Kakek korban, Moh Rofiq (54), mengaku tidak mengetahui siapa pelaku yang tega menghabisi cucunya. Ia menjelaskan, beberapa hari sebelumnya, tepatnya Sabtu pagi (30/8/2025), kakak korban, Azril (3), ditemukan sendirian di teras rumah neneknya di Desa Duko, Kecamatan Arjasa. Saat itu, Syifa dan ibunya, Ila, tidak berada di sana.“Kami menduga Azril sengaja dititipkan ke rumah orang tua bapaknya, sedangkan korban dan ibunya tetap di kamar kos di Desa Arjasa,” tutur Rofiq, Rabu (3/9/2025).Beberapa hari kemudian, pemilik indekos mendatangi keluarga korban. Ia meminta agar barang-barang milik Ila dan anak-anaknya diambil karena kamar sudah beberapa hari tidak menunjukkan aktivitas. Selain terkunci, kamar itu mulai mengeluarkan bau menyengat.“Pihak kos datang dan bilang supaya barang-barang dibawa pulang. Karena kamar sudah lama tidak dibuka dan bau mulai tercium,” lanjut Rofiq.Keluarga kemudian mendatangi indekos pada Senin malam (1/9/2025). Saat tiba, seluruh barang milik korban sudah dikeluarkan dari kamar. Aroma busuk semakin terasa, hingga akhirnya keluarga menemukan potongan tubuh bayi di dalam kamar tersebut, yang kemudian dipastikan sebagai jasad Syifa.“Benar, saat kami cari sumber bau itu, ternyata ditemukan jasad bayi. Kamar kosnya ada di lantai satu,” jelasnya dengan suara bergetar.Jenazah Syifa kemudian dibawa ke rumah neneknya di Desa Duko sebelum diserahkan ke pihak kepolisian. Saat ini, jasad korban berada di Rumah Sakit Abuya untuk pemeriksaan lebih lanjut.Sementara itu, keberadaan sang ibu, Ila, hingga kini masih misterius. Keluarga sempat mendengar kabar bahwa ia menanyakan jadwal kapal dari Pulau Kangean menuju Sumenep. Kebetulan, pada Sabtu (30/8/2025) pagi—saat Azril ditemukan di teras rumah neneknya—ada kapal Hulalo yang berangkat dari Pelabuhan Batu Guluk Arjasa menuju Pelabuhan Kalianget.“Ibunya sempat menanyakan jadwal kapal. Dan hari itu memang ada jadwal keberangkatan kapal,” ungkap Rofiq.Kompol Cosmas Resmi Dipecat Tidak Hormat, Kasus Rantis Brimob Lindas Ojol Affan Jadi Sorotan NasionalDari informasi yang dihimpun, Syifa merupakan anak kedua dari pasangan Mat Sirri dan Ila, warga Kecamatan Arjasa, Sumenep, yang sebelumnya merantau ke Malaysia. Pasangan ini dikaruniai dua anak, yakni Azril yang lahir di Malaysia dan Syifa yang lahir setelah kepulangan Ila ke kampung halaman.Namun, sebelum Syifa lahir, sang ayah, Mat Sirri, sudah lebih dulu kembali ke Malaysia untuk bekerja, meninggalkan Ila bersama kedua anaknya di indekos. Hingga kini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan intensif terkait kasus tragis yang menimpa bayi Syifa.***
Read More Siswi SMP Jadi Korban Keracunan Usai Santap Makanan Bergizi Gratis
Wulan _ 2 hari yang lalu
Lingkaran.id - Kasus dugaan keracunan massal menimpa sejumlah siswa SMPN 1 Pedamaran setelah mengonsumsi program Makanan Bergizi Gratis (MBG) pada Selasa (2/9/2025). Hingga Rabu pagi (3/9/2025), sedikitnya 11 pelajar masih menjalani perawatan intensif di Puskesmas Pedamaran maupun rumah sakit rujukan setempat.Salah satu korban, Cinta Mamora (12), siswi kelas VII, tampak masih lemah saat ditemui di ruang perawatan dengan selang infus terpasang di tangannya. Cinta mengaku mulai merasakan gejala mual, muntah, dan sakit perut beberapa jam setelah menyantap makanan yang dibagikan pihak sekolah.Kompol Cosmas Resmi Dipecat Tidak Hormat, Kasus Rantis Brimob Lindas Ojol Affan Jadi Sorotan NasionalMenurut penuturannya, makanan tersebut terdiri dari nasi, sop ayam, tahu, jeruk, serta susu. Ia memakan sebagian menu yang tersedia sekitar pukul 12.00 siang saat jam makan siang berlangsung.“Saya makan nasi sama sopnya saja. Ada juga jeruk dan susu, tapi saya tidak sempat makan semua,” ujar Cinta dengan suara lirih, Rabu pagi.Setelah pulang ke rumah, tepat sekitar pukul 14.00 WIB, kondisi tubuh Cinta mulai melemah. Awalnya hanya perut terasa sedikit sakit, namun dalam waktu singkat gejala semakin parah hingga ia terus-menerus muntah.“Tidak lama setelah sampai rumah, saya langsung muntah-muntah. Perutnya sakit sekali,” ungkapnya.Maulid Nabi 2025: Jatuh di 12 Rabiul Awal 1447 HSelain Cinta, belasan siswa lainnya juga mengalami gejala serupa dengan tingkat keparahan berbeda. Mereka mendapat penanganan medis berupa infus dan obat-obatan di Puskesmas Pedamaran serta rumah sakit terdekat.Pihak sekolah bersama tenaga kesehatan masih menelusuri penyebab keracunan ini, termasuk melakukan pemeriksaan sampel makanan yang dikonsumsi para siswa. Sementara itu, orang tua siswa berharap kasus ini segera ditangani agar tidak kembali terulang di kemudian hari.***
Read More Suami Istri Provokator Aksi Penjarahan Rumah Sahroni Ditangkap Polisi
Wulan _ 2 hari yang lalu
Lingkaran.id - Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri berhasil menangkap pasangan suami istri yang diduga menjadi dalang penghasutan aksi geruduk rumah Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni serta Polsek di wilayah Jakarta Utara.Keduanya berinisial SB (35) dan G (20). Mereka ditangkap karena terbukti menggunakan media sosial secara aktif untuk menyebarkan ajakan provokatif. Berdasarkan hasil penyelidikan, SB menggunakan akun Facebook bernama Nanu, sementara istrinya memakai akun Bambu Runcing dalam menyebarkan konten bernuansa kebencian.Unmul Klarifikasi Temuan Lukisan Bergambar PKI, Tegaskan Hanya Alat Peraga Perkuliahan SejarahDirektur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Brigjen Pol Himawan Bayu Aji, mengungkapkan modus operandi pasangan ini adalah dengan membuat sekaligus menyebarkan konten yang mengandung ujaran kebencian serta menghasut masyarakat agar melakukan aksi massa.“SB diketahui mengunggah ajakan geruduk rumah Ahmad Sahroni melalui grup Facebook Jual Beli Cilincing yang memiliki sekitar 86.900 anggota. Sementara istrinya, G, menyebarkan konten serupa di grup Loker Daerah Sunter Jakarta Utara dengan jumlah anggota aktif mencapai 9.100 orang,” jelas Himawan, Rabu (3/9/2025).Tidak berhenti di Facebook, SB juga mengelola sebuah grup WhatsApp bernama Kopi Hitam. Grup itu kemudian berganti nama menjadi BEM RI, lalu kembali diubah menjadi ACAB 1312. Grup tersebut dihuni oleh sekitar 192 anggota yang diduga ikut berperan dalam mobilisasi massa.“Grup WhatsApp itu dipakai untuk mengoordinasikan pergerakan massa yang kemudian mendatangi rumah Ahmad Sahroni,” tambah Himawan.Atas perbuatannya, pasangan ini dijerat dengan Pasal 45 ayat (2) jo Pasal 28 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun 2024 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Selain itu, keduanya juga disangkakan Pasal 160 jo Pasal 161 ayat (1) KUHP terkait penghasutan masyarakat untuk melakukan aksi provokatif.Delapan Korban Unjuk Rasa Masih Dirawat di RS, Wali Kota Tegaskan Mayoritas Bukan Warga LokalPenangkapan pasangan tersebut merupakan hasil patroli siber yang digelar Dittipidsiber sejak 23 Agustus 2025. Dari patroli itu, polisi menemukan sedikitnya 592 akun dan konten provokatif yang berhasil diblokir dengan dukungan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) serta Komdigi.Polri menegaskan akan terus menindak tegas pihak-pihak yang menyalahgunakan media sosial untuk menyebarkan provokasi maupun ujaran kebencian. Langkah ini sekaligus menjadi upaya menjaga ketertiban di ruang digital Indonesia agar tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin memecah belah masyarakat.***
Read More Uya Kuya Ajukan Restorative Justice untuk Salah Satu Terduga Pelaku Penjarahan Rumahnya: Pelaku Lain Tetap Diproses
Wulan _ 2 hari yang lalu
Lingkaran.id - Rumah milik presenter sekaligus anggota DPR RI, Uya Kuya, menjadi sasaran amuk massa ketika aksi unjuk rasa berakhir ricuh di kawasan Jakarta dan sekitarnya pada Sabtu malam (30/8/2025). Aksi tersebut menyebabkan kediamannya mengalami penjarahan hingga sejumlah barang berharga raib.Terbaru, Uya Kuya bersama sang istri mendatangi Polres Jakarta Timur untuk menyampaikan pengajuan restorative justice bagi salah satu terduga pelaku. Dalam keterangannya, Uya menuturkan bahwa ia bertemu langsung dengan seorang ibu yang diduga terlibat membawa barang curian dari rumahnya.17+8 Tuntutan Rakyat, 25 Desakan Mengguncang Pemerintah“Ternyata ada seorang ibu-ibu yang usianya lebih tua dari saya. Saat kejadian, dia kedapatan membawa unit AC indoor dari dalam rumah. Saya juga sempat bertemu langsung dengan ibu itu di Polres bersama pihak kepolisian,” ungkap Uya Kuya, Rabu (3/9/2025).Uya menjelaskan, kondisi kehidupan ibu tersebut cukup memprihatinkan. Berdasarkan informasi yang diterimanya, perempuan itu sehari-hari bekerja sebagai tukang parkir, tinggal bersama anak dan cucunya yang menyandang disabilitas bisu. Bahkan, sang suami juga berprofesi sebagai tukang parkir.“Melihat kondisi yang ada, saya merasa tergerak. Maka dari itu, saya yang menginisiasi untuk mengajukan restorative justice. Saya sempat menanyakan kepada pihak kepolisian, apakah mekanisme ini memungkinkan. Ternyata bisa dilakukan, baik oleh korban maupun pelaku. Jadi saya langsung mengajukan permohonan agar kasus ibu ini tidak berlanjut ke tahap berikutnya,” jelasnya.Maulid Nabi 2025: Jatuh di 12 Rabiul Awal 1447 HMeski demikian, Uya menegaskan bahwa sikapnya ini hanya berlaku untuk ibu tersebut. Sementara terkait terduga pelaku lainnya, ia menyerahkan sepenuhnya proses hukum kepada aparat kepolisian.“Kalau untuk yang lain, saya tidak tahu. Itu biar pihak kepolisian yang menangani. Saya sendiri juga baru pertama kali keluar rumah dan bertemu orang banyak lagi setelah kejadian itu. Sebelumnya sempat keluar, tapi secara diam-diam,” pungkasnya.***
Read More Unmul Klarifikasi Temuan Lukisan Bergambar PKI, Tegaskan Hanya Alat Peraga Perkuliahan Sejarah
Wulan _ 3 hari yang lalu
Lingkaran.id - Universitas Mulawarman (Unmul) akhirnya angkat bicara terkait penemuan lukisan bergambar lambang Partai Komunis Indonesia (PKI) di Kampus 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Jalan Banggeris, Samarinda. Pihak kampus memastikan bahwa keberadaan lukisan tersebut tidak berkaitan dengan upaya penyebaran ideologi terlarang, melainkan semata-mata untuk kebutuhan pembelajaran sejarah.“Lukisan itu murni alat peraga perkuliahan, bukan bentuk gerakan ideologi. Mahasiswa sejarah harus memahami konstelasi politik Indonesia pada masa lalu, termasuk keberadaan PKI,” jelas Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unmul, Prof. Moh Bahzar, Selasa (2/9).Delapan Korban Unjuk Rasa Masih Dirawat di RS, Wali Kota Tegaskan Mayoritas Bukan Warga LokalIa menerangkan bahwa lukisan tersebut merupakan bagian dari materi perkuliahan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah. Dalam kajiannya, mahasiswa tengah membahas dinamika politik era Presiden Soekarno, ketika sejumlah partai besar termasuk PKI menjadi bagian penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia.Pihak rektorat, kata Prof. Bahzar, telah memanggil pengelola program studi terkait untuk meminta klarifikasi. Hasilnya menegaskan bahwa gambar itu dibuat sebagai sarana visualisasi agar mahasiswa lebih mudah memahami konteks sejarah politik nasional.“Menjadi kewajiban akademik bagi mahasiswa sejarah untuk mempelajari berbagai peristiwa secara objektif. Itu mencakup semua partai politik pada masanya, tanpa terkecuali. Kami tegaskan kembali, ini tidak ada hubungannya dengan penyebaran paham komunisme maupun aktivitas terorisme,” tambahnya.Sebelumnya, lukisan bergambar PKI tersebut ditemukan aparat kepolisian saat melakukan penggerebekan di salah satu gedung FKIP Unmul. Dalam penggerebekan itu, polisi juga menyita 27 bom molotov, yang diduga akan digunakan dalam aksi demonstrasi pada 1 September 2025.Mahasiswa Bergerak! BEM UI dan BEM SI Siap Demo Besar Hari iniTerkait kasus bom molotov, kepolisian telah menetapkan empat mahasiswa sebagai terduga perakit. Sementara itu, pihak universitas menegaskan akan menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus tersebut kepada aparat hukum.“Unmul tetap memastikan seluruh kegiatan akademik berjalan sesuai koridor keilmuan, termasuk pembelajaran sejarah yang memang mengharuskan mahasiswa mengenal berbagai dinamika masa lalu,” tutup Prof. Bahzar.***
Read More Kapolri Tanggapi Isu Keterlibatan Riza Chalid dalam Pendanaan Kerusuhan Demo Nasional
Wulan _ 3 hari yang lalu
Lingkaran.id - Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo akhirnya buka suara menanggapi merebaknya isu yang menyeret nama pengusaha migas Riza Chalid, yang kerap dijuluki “mafia migas”, terkait dugaan pendanaan dalam aksi demonstrasi nasional yang berujung kerusuhan di sejumlah daerah.Dalam keterangannya, Kapolri menegaskan bahwa aparat kepolisian saat ini tengah melakukan penyelidikan intensif untuk mengungkap secara jelas siapa saja pihak yang terlibat. Proses hukum, kata dia, mencakup penelusuran terhadap pelaku langsung di lapangan maupun pihak yang diduga menjadi penyandang dana aksi rusuh tersebut.“Penyelidikan dilakukan berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan oleh tim di lapangan,” ujar Listyo Sigit dalam pernyataannya.Berbagai Dampak Demo Ricuh di Makassar Gedung, Bangunan di bakar oleh WargaSejauh ini, sejumlah orang telah diamankan terkait insiden kerusuhan. Namun, jumlah pasti individu yang terlibat masih dalam tahap pendataan dan verifikasi.Nama Riza Chalid sendiri bukan kali pertama dikaitkan dengan peristiwa kerusuhan. Ia sebelumnya pernah disebut-sebut berhubungan dengan insiden pembakaran serta penjarahan di beberapa daerah. Meski begitu, hingga kini belum ada bukti kuat yang dapat memastikan dugaan perannya dalam pendanaan ataupun penggerakan massa.Mencekam! Konvoi Massa di Palembang Bakar Pos Polisi Hingga Kantor DPRD Sumsel Dirusak, 42 Pemuda DiamankanKapolri kembali menegaskan bahwa Polri berkomitmen bekerja secara transparan dan profesional, serta akan mengusut tuntas siapa saja yang terbukti terlibat, termasuk pihak-pihak yang menjadi aktor finansial di balik kerusuhan.“Polri akan bertindak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Kami tidak akan berspekulasi, melainkan bergerak berdasarkan data dan bukti,” tegasnya.Lebih lanjut, masyarakat juga diminta untuk tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang belum terverifikasi. Kapolri mengimbau agar publik menunggu hasil resmi dari penyelidikan yang masih berjalan, guna menghindari kesimpangsiuran informasi di tengah situasi yang memanas.***
Read More GoTo, Grab, Maxim, hingga inDrive Pastikan Perwakilan Ojol Bukan Settingan Saat Pertemuan Wapres Gibran
Wulan _ 3 hari yang lalu
Lingkaran.id - Pertemuan antara Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dengan delapan perwakilan pengemudi ojek online (ojol) di Istana Wakil Presiden, pada Minggu (31/8/2025), masih menjadi topik hangat di ruang publik. Polemik mencuat setelah beredar tudingan di media sosial bahwa pertemuan tersebut hanya sekadar “settingan”.Namun, empat aplikator besar GoTo, Grab, Maxim, dan inDrive serentak memberikan klarifikasi dan memastikan bahwa para pengemudi yang hadir adalah mitra resmi sekaligus masih aktif mencari nafkah di lapangan.Viral Ojol Bertemu Wapres Gibran, Sepatu Air Jordan Merah Putih Jadi Soroton!Direktur Public Affairs & Communications GoTo, Ade Mulya, menegaskan bahwa undangan dialog datang langsung dari pihak Kantor Wakil Presiden.“Pada Sabtu, kami bersama aplikator lain diminta untuk menghadirkan perwakilan mitra ojol dari seluruh platform. Agenda ini memang dirancang agar Wapres dapat mendengar langsung aspirasi dan harapan dari para pengemudi,” jelas Ade dalam keterangan tertulisnya.Menurutnya, berbagai masukan yang disampaikan benar-benar berasal dari pengemudi, bukan rekayasa. Aspirasi yang muncul mencakup permintaan dukungan bagi keluarga rekan ojol yang sudah meninggal, ungkapan solidaritas antar pengemudi, hingga harapan agar kondisi kerja tetap aman, nyaman, dan kondusif di tengah dinamika sosial yang ada.Hal senada juga disampaikan oleh Chief of Public Affairs Grab Indonesia, Tirza R. Munusamy. Ia menekankan bahwa Grab secara khusus memilih mitra aktif yang dinilai vokal agar dapat mewakili suara komunitas ojol dengan lebih tepat.“Kami mencari perwakilan di kawasan Jakarta Pusat yang aktif dan terbiasa menyuarakan pendapat. Tidak ada persyaratan khusus dari pihak Wapres, inisiatif ini sepenuhnya dari kami agar aspirasi yang disampaikan benar-benar relevan,” ujar Tirza saat memberikan pernyataan di Makassar, Senin (1/9/2025).Sementara itu, dari pihak Maxim, Public Relations Specialist, Arkam Suprapto, juga memastikan bahwa pertemuan tersebut tidak melibatkan sosok fiktif atau perwakilan palsu.“Mitra yang hadir adalah pengemudi resmi yang terdaftar di aplikasi Maxim dan hingga kini masih aktif melayani penumpang,” tegas Arkam.Rumah di Bintaro yang Dijarah Massa Ternyata Dihuni Mantan Suami Nafa Urbach, Bukan Milik PribadiTak ketinggalan, inDrive juga memberikan klarifikasi serupa. Public Relations Manager inDrive Indonesia, Wahyu Ramadhan, menyampaikan bahwa mitra yang hadir sudah lama menjadi bagian dari platform tersebut.“Benar, pengemudi inDrive yang ikut dalam pertemuan dengan Wapres adalah mitra aktif yang telah bergabung sejak 2020 dan masih terus melayani masyarakat sampai saat ini,” ungkap Wahyu.Dengan adanya pernyataan tegas dari keempat aplikator besar itu, diharapkan spekulasi soal “settingan” bisa ditepis. Pertemuan ini diyakini sebagai upaya pemerintah untuk membuka ruang dialog langsung dengan para pengemudi, sehingga aspirasi mereka dapat tersampaikan secara jujur dan transparan.***
Read More Pemerintah Tetapkan 3 Kategori Penerima Bansos Seumur Hidup, Ini Daftarnya
Wulan _ 3 hari yang lalu
Lingkaran.id - Pemerintah memastikan program bantuan sosial (bansos) tetap berlanjut pada tahun 2025. Bahkan, terdapat tiga kelompok masyarakat yang dipastikan akan menerima bansos seumur hidup sesuai dengan kebijakan terbaru yang diumumkan.Bansos yang akan terus dicairkan terbagi dalam dua bentuk, yaitu bansos reguler dan bansos tambahan. Program reguler yang dikelola oleh Kementerian Sosial mencakup Program Keluarga Harapan (PKH) serta Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).Cara Cek Penerima Bansos PKH dengan KTP, Cair Tahap 3 September 2025Adapun tiga kategori masyarakat yang ditetapkan sebagai penerima bansos seumur hidup adalah:Lansia berusia 60 tahun ke atasPenyandang disabilitas, termasuk Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)Warga rentan non-produktif secara permanen Dalam program PKH, bantuan diberikan dengan nominal berbeda sesuai dengan kategori penerima:Ibu hamil dan anak usia dini: Rp 750.000Siswa SD: Rp 225.000Siswa SMP: Rp 375.000Siswa SMA: Rp 500.000Lansia dan penyandang disabilitas berat: Rp 600.000Korban pelanggaran HAM berat: Rp 2.700.000Viral Ojol Bertemu Wapres Gibran, Sepatu Air Jordan Merah Putih Jadi Soroton! Selain PKH, masyarakat juga menerima bantuan pangan melalui program BPNT senilai Rp 200.000 per bulan. Dana ini dicairkan setiap tiga bulan sekali.Jadwal Penyaluran Bansos 2025PKH dan BPNT akan disalurkan dalam empat tahap selama tahun 2025:Tahap 1: Januari – MaretTahap 2: April – JuniTahap 3: Juli – SeptemberTahap 4: Oktober – Desember Program PKH dihadirkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama melalui pemenuhan kebutuhan gizi, pendidikan, dan kesehatan keluarga miskin, sekaligus mendorong kemandirian ekonomi.Sementara itu, BPNT difokuskan untuk meringankan beban pengeluaran rumah tangga miskin, khususnya dalam hal pangan, agar keluarga penerima dapat memperoleh nutrisi yang lebih baik dan seimbang.***
Read More Mahasiswa Unnes Meninggal Usai Demo di Mapolda Jateng, Keluarga Pertanyakan Kejanggalan
Wulan _ 3 hari yang lalu
Lingkaran.id - Duka menyelimuti keluarga besar Universitas Negeri Semarang (Unnes). Seorang mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2024, bernama Iko Juliant Junior, dilaporkan meninggal dunia usai mengikuti aksi demonstrasi di depan Mapolda Jawa Tengah.Berdasarkan keterangan resmi kepolisian, Iko dinyatakan meninggal akibat kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Jalan Dr. Cipto, Semarang, pada Minggu dini hari (31/8/2025) sekitar pukul 02.30 WIB. Namun, kabar tersebut menimbulkan tanda tanya besar bagi pihak keluarga, lantaran kondisi jasad korban ditemukan penuh luka yang menimbulkan dugaan adanya kejanggalan.Viral Ojol Bertemu Wapres Gibran, Sepatu Air Jordan Merah Putih Jadi Soroton!Dari informasi yang dihimpun, sehari sebelum kejadian, Sabtu (30/8/2025) sore, Iko berpamitan kepada sang ibu. Ia menyampaikan akan pergi ke kampus mengenakan baju PDH DPM dan membawa sebuah ransel berwarna biru yang berisi jas almamater. Ia berangkat menggunakan sepeda motor sekitar pukul 17.00 WIB.Menjelang tengah malam, Iko sempat pulang ke rumah sebelum akhirnya dijemput seorang rekannya. Mereka menuju kawasan Jalan Pahlawan, Semarang. Dalam komunikasi melalui pesan WhatsApp kepada temannya yang lain, Iko menyebut bahwa dirinya akan bergerak ke Mapolda Jateng sekitar pukul 23.00 WIB. Sejak saat itu, kabarnya terputus.Suasana Haru Iringi Pemakaman Mahasiswa Amikom, Rheza Sendy PratamaKeluarga baru mendapat informasi mengejutkan pada Minggu (31/8/2025) bahwa Iko dalam kondisi kritis dan sedang dirawat di RSUP dr. Kariadi Semarang. Seorang petugas keamanan rumah sakit memberikan keterangan bahwa Iko dibawa oleh anggota Brimob Polda Jawa Tengah sekitar pukul 11.00 WIB. Tak lama setelah itu, nyawanya tidak tertolong.Hingga kini, keluarga masih mempertanyakan penyebab pasti meninggalnya Iko. Mereka berharap ada kejelasan mengenai peristiwa tragis yang menimpa mahasiswa muda tersebut.***
Read More